Kamis, 22 Desember 2011

HADITS (SUNNAH) TENTANG SEJARAH RASUL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

0 komentar
                Abdullah bin mas’ud Radhiyallauu ‘Anhu berkata
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa tidur di atas tikar, dan ketika beliau bangun, tampak bekas guratan tikar pada bahunya. Maka kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami ingin membuatkan kasur untukmu’. Kata beliau, ‘Apalah artinya dunia ini bagik? Aku di dunia ini hanyalah laksana seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon, dia beristirahat dan kemudian meninggalkannya’.” (HR. At-Tirmidzi)
            Betapa zuhudnya kehidupan pribadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam. Untuk alas tidur pun, beliau merasa cukup dengan hanya sehelai tikar yang terbuat dari pelapah korma, yang jika beliau bangun, akan tampak bekas guratan tikar di tubuhnya. Padahal sekiranya beliau mau, beliau dapat memakai alas tidur yang jauh lebih empuk daripada sekedar selembar tikar. Dan para sahabat pun akan akan senang hatu membuatkan beliau kasur yang empuk jika beliau menghendaki.
            Seorang wanita dari keluarga pembesar Bani Makhzum mencuri, maka Rasulullah saw. Hendak menegakkan hukum dera kepadanya, sehingga masalah itu mengkhawatirkan orang-orang Quraisy. Mereka mengirimkan Usamah bin Zaid –seorang yang sangat dicintai Rasulullah saw–untuk berbicara tentang masalah itu dengan beliau agar beliau memaafkannya. Maka Usamah pun berbicara seperti itu, sehingga Rasulullah bersabda, “Wahai usamah, apakah engkau meminta keringanan dalam masalah hukum Allah?” kemudian Rasulullah saw. Berdiri seraya bersabda, “Sesungguhnya, telah binasa orang-orang sebelum kalian, karena jika ada salah seorang pembesar mereka mencuri, mereka membiarkannya dan jika ada orang lemah mencuri, maka mereka menegakkan hukumannya. Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, saya benar-benar akan memotong tangannya.” (Muttafaq ‘alaih)
            Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “kami bersama Rasulullah shalat di masjidil haram dan beliau sedang shalat. Abu jahal berkata, ‘Tidakkah ada orang yang mau mengambil kotoran unta kemudian melemparkannya ke arah Muhammad yang sedang bersujud?’ Maka Uqbah bin Mu’ith berdiri dengan membawa kotoran unta dan melemparkannya ke arah Rasulullah yang sedang sujud. Tidak ada seorang muslim pun di mesjid itu yang bisa mencegahnya karena lemahnya kekuatan mereka untuk membalas musuh mereka. Rasulullah tetap sujud sampai akhirnya anak perempuannya, Fatimah, datang dan membersihkannya. (HR Al-Bukhari)
Dalam kehidupan Rasulullah, kita akan melihat beberapa unsur akhlak terpenting yang harus kita ikuti, sehingga kita menjadi orang-orang yang memiliki kasih sayang yang pad akhirnya kita mendapatkan kasih sayang Allah swt. Dalamsebuah hadist disebutkan, “Sesungguhnya Allah mengasihi hamba-hamba-Nya yang memiliki kasih sayang.” (HR. Bukhari), “Kasihilah orang yang ada dimuka bumi, niscaya Zat yang ada di langit akan mengasihimu.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan sanad yang sahih). Untuk itu, kita harus mempelajari dan mengamalkan unsur kasih sayang kepada seluruh saudara kita dengan sifat yang khusus, sehingga berhak menyandang apa yang ditunjukkan dalam hadits Rasulullah saw. “Perumpamaan orang mukmin dalam kasih sayang mereka dan kelembutan merekaseperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya tertusuk duri, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit dan panas dingin.” (HR. Muslim)
            Seorang tawanan datang kepada Rasulullah saw. Kemudian Fatimah mengeluhkan betapa beratnya dia mengurus rumah tangganya. Fatimah meminta kepada Rasulullah saw, seorang pembantu dari tawanan itu, yang akan membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Kemudian Rasulullah saw. Menyuruh Fatimah untuk meminta tolong dengan mengucapkan tasbih, takbir, tahmid. Rasulullah saw. Bersabda, “Bagaimana saya akan memberimu pembantu, sementara saya biarkan orang-orang yang tinggal di teras mesjid (shuffah) itu kelaparan dan saya tidak memiliki apa-apa untuk menafkahi mereka. Tetapi saya akan menjual tawanan ini dan uangnya akan saya berikan kepada para shuffah tersebut, sehingga mereka menjadi kenyang.” (al-Ihya’, III:45)
            Kasih sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma’ binti ‘Umeis Radhiallaahu anha –istri Ja’far bin Abi Thalib- menuturkan: “Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?” beliau menjawab: “Sudah, dia telah gugur pada hari ini!” Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata: “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.” (HR. Ibnu Sa’ad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
            Ketika air mata Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menjawab:
“Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahaiIbrahim.” (HR. Al-Bukhari)
            Akhlak Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang begitu agung memotivasi kita untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal merekaadalah calon pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap para bocah dan anak-anak. Sementara Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , kunci pembuka hati itu ada di tangan dan lisan beliau. Cobalah lihat, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa membuat anak-anak senang kepada beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.
            Mahmud bin Ar-Rabi’ Radhiallaahu anhu mengungkapkan: “Aku masih ingat saat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil dari sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru berusia lima tahun.” (HR. Muslim)
            Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , beliau bersabda:
“Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
            Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Putra-putri yang menghiasi rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang ayah serta kelembutan seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka bahagia. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. Siap untuk memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak

Labels