Selasa, 21 Februari 2012

Terjadi gejala desakralisasi pernikahan

0 komentar

JAKARTA – Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Dr H Anwar Sanusi SH, MBA mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan momentum terbukanya kasus video mesum sebagai sarana untuk mawas diri, bahwa sesungguhnya di Indonesia ini tengah menggejala desaklarasi pernikahan.
Dalam percakapan dengan Harian Terbit di Jakarta, kemarin, Anwar Sanusi yang juga salah satu ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melihat masyarakat, terutama kalangan artis, sekarang cenderung melihat bahwa hubungan seks adalah sesuatu yang biasa dan bisa dilakukan dengan siapa saja dan kapan saja.
Padahal pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Rumah tangga yang dibangun haruslah rumah tangga yang didasari dengan semangat saling mencintai, dan semangat saling menjaga kehormatan diri dan juga kehormatan keluarga. Namun yang terjadi sekarang ini terlihat, mereka dengan mudahnya melakukan perselingkuhan, dan salah satu pasangannya seolah-olah menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar.
Menurut Anwar Sanusi, dalam sebuah rumah tangga, maka kedudukan seorang istri adalah sangat mulia. Dia seharusnya menjadi seorang ibu yang menjadi penjaga moralitas bagi anggota keluarganya. Lantas kalau memang seorang ibu rumah tangga tidak mampu menjadi penjaga moral, lantas bagaimana nasib anak-anaknya ke depan, dan bagaimana pula nasib bangsa ke depan.
Sebuah bangsa yang baik, harus didahului dengan baiknya kehidupan masyarakat. Dan kehidupan masyarakat baru akan tertata dengan baik, manakala kehidupan anggota masyarakatnya dalam hal ini keluarga baik dan tertata dengan baik juga.
“Di situlah letaknya sebuah tatanan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ujarnya.
Mantan anggota DPR RI ini menambahkan, kalau melihat fenomena sekarang ini kelihatannya masalah pernikahan sudah tidak dipandang sebagai sebuah benteng akhlak. Kalangan artis yang semestinya menjadi teladan, ternyata perilakunya seperti itu. Belum lagi dahulu ada artis yang kumpul kebo, hingga menghasilkan dua anak. Tapi tidak diapa-apakan.
Karena itu seyogianya sekarang masalah moralitas ini harus menjadi perhatian kita bersama. (taryono)

Labels