Abdullah bin
mas’ud Radhiyallauu ‘Anhu berkata
“Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa tidur di atas tikar, dan ketika beliau
bangun, tampak bekas guratan tikar pada bahunya. Maka kami berkata, ‘Wahai
Rasulullah, kami ingin membuatkan kasur untukmu’. Kata beliau, ‘Apalah artinya
dunia ini bagik? Aku di dunia ini hanyalah laksana seorang pengembara yang
berteduh di bawah pohon, dia beristirahat dan kemudian meninggalkannya’.” (HR. At-Tirmidzi)
Betapa zuhudnya kehidupan pribadi Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Salam. Untuk alas tidur pun, beliau merasa cukup
dengan hanya sehelai tikar yang terbuat dari pelapah korma, yang jika beliau
bangun, akan tampak bekas guratan tikar di tubuhnya. Padahal sekiranya beliau
mau, beliau dapat memakai alas tidur yang jauh lebih empuk daripada sekedar
selembar tikar. Dan para sahabat pun akan akan senang hatu membuatkan beliau
kasur yang empuk jika beliau menghendaki.
Seorang wanita dari keluarga pembesar
Bani Makhzum mencuri, maka Rasulullah saw. Hendak menegakkan hukum dera
kepadanya, sehingga masalah itu mengkhawatirkan orang-orang Quraisy. Mereka
mengirimkan Usamah bin Zaid –seorang yang sangat dicintai Rasulullah saw–untuk
berbicara tentang masalah itu dengan beliau agar beliau memaafkannya. Maka
Usamah pun berbicara seperti itu, sehingga Rasulullah bersabda, “Wahai
usamah, apakah engkau meminta keringanan dalam masalah hukum Allah?”
kemudian Rasulullah saw. Berdiri seraya bersabda, “Sesungguhnya, telah
binasa orang-orang sebelum kalian, karena jika ada salah seorang pembesar
mereka mencuri, mereka membiarkannya dan jika ada orang lemah mencuri, maka
mereka menegakkan hukumannya. Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad
mencuri, saya benar-benar akan memotong tangannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Bukhari meriwayatkan dari Abdullah
bin Mas’ud, dia berkata, “kami bersama Rasulullah shalat di masjidil haram dan
beliau sedang shalat. Abu jahal berkata, ‘Tidakkah ada orang yang mau
mengambil kotoran unta kemudian melemparkannya ke arah Muhammad yang sedang
bersujud?’ Maka Uqbah bin Mu’ith berdiri dengan membawa kotoran unta dan
melemparkannya ke arah Rasulullah yang sedang sujud. Tidak ada seorang muslim
pun di mesjid itu yang bisa mencegahnya karena lemahnya kekuatan mereka untuk
membalas musuh mereka. Rasulullah tetap sujud sampai akhirnya anak
perempuannya, Fatimah, datang dan membersihkannya. (HR Al-Bukhari)
Dalam kehidupan
Rasulullah, kita akan melihat beberapa unsur akhlak terpenting yang harus kita
ikuti, sehingga kita menjadi orang-orang yang memiliki kasih sayang yang pad
akhirnya kita mendapatkan kasih sayang Allah swt. Dalamsebuah hadist
disebutkan, “Sesungguhnya Allah mengasihi hamba-hamba-Nya yang memiliki
kasih sayang.” (HR. Bukhari), “Kasihilah orang yang ada dimuka bumi,
niscaya Zat yang ada di langit akan mengasihimu.” (HR. Ath-Thabrani dan
Al-Hakim dengan sanad yang sahih). Untuk itu, kita harus mempelajari dan
mengamalkan unsur kasih sayang kepada seluruh saudara kita dengan sifat yang
khusus, sehingga berhak menyandang apa yang ditunjukkan dalam hadits Rasulullah
saw. “Perumpamaan orang mukmin dalam kasih sayang mereka dan kelembutan
merekaseperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya tertusuk duri,
maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit dan panas dingin.” (HR. Muslim)
Seorang tawanan datang kepada
Rasulullah saw. Kemudian Fatimah mengeluhkan betapa beratnya dia mengurus rumah
tangganya. Fatimah meminta kepada Rasulullah saw, seorang pembantu dari tawanan
itu, yang akan membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Kemudian
Rasulullah saw. Menyuruh Fatimah untuk meminta tolong dengan mengucapkan
tasbih, takbir, tahmid. Rasulullah saw. Bersabda, “Bagaimana saya akan
memberimu pembantu, sementara saya biarkan orang-orang yang tinggal di teras
mesjid (shuffah) itu kelaparan dan saya tidak memiliki apa-apa untuk menafkahi
mereka. Tetapi saya akan menjual tawanan ini dan uangnya akan saya berikan
kepada para shuffah tersebut, sehingga mereka menjadi kenyang.” (al-Ihya’,
III:45)
Kasih sayang tersebut tidak hanya
terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap
anak-anak kaum muslimin. Asma’ binti ‘Umeis Radhiallaahu anha –istri Ja’far bin
Abi Thalib- menuturkan: “Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam datang
menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau mencium
mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah
telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?” beliau menjawab: “Sudah, dia
telah gugur pada hari ini!” Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian
beliau pergi sambil berkata: “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena
telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.” (HR. Ibnu Sa’ad,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketika air mata Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama
Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau: “Apakah
Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
menjawab:
“Wahai Ibnu
‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata.
Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak
mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka
cita berpisah denganmu wahaiIbrahim.” (HR.
Al-Bukhari)
Akhlak Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam yang begitu agung memotivasi kita untuk meneladaninya dan menapaki
jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini, curahan kasih sayang terhadap
anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya sangat langka
kita temukan. Padahal merekaadalah calon pemimpin keluarga esok hari, mereka
adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya fajar yang dinanti-nanti.
Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran serta sempitnya pandangan
menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap para bocah dan anak-anak.
Sementara Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , kunci pembuka hati itu ada di
tangan dan lisan beliau. Cobalah lihat, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
senantiasa membuat anak-anak senang kepada beliau, mereka menghormati dan
memuliakan beliau. Hal itu tidaklah mengherankan, karena beliau menempatkan
mereka pada kedudukan yang tinggi.
Mahmud bin Ar-Rabi’ Radhiallaahu
anhu mengungkapkan: “Aku masih ingat saat Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam menyemburkan air dari sebuah ember pada wajahku, air itu diambil dari
sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru berusia lima tahun.” (HR.
Muslim)
Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada orang dewasa maupun anak-anak.
Abdullah bin Abbas menuturkan: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam , beliau bersabda:
“Wahai anak,
aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: “Jagalah (perintah) Allah,
pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu
mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika
kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR.
At-Tirmidzi)
Semoga semua itu dapat menghidupkan
hati kita dan dapat kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Putra-putri yang menghiasi rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang
ayah serta kelembutan seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka
bahagia. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang
lurus. Siap untuk memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak