Selasa, 15 Januari 2013

Pemimpin dalam Pendidikan

0 komentar


A.    PENDAHULUAN
Perubahan yang begitu cepat mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dirinya. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Sasaran pendidikan sangat berhubungan dengan sekolah dimana sekolah berperan besar dalam kemajuan pendidikan. Sekolah menjadi tempat para siswa mengemban pendidikan untuk mendapatkan ilmu. Di sekolah, siswa juga dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya. Oleh karena itu, di sekolah perlu memiliki individu yang bertugas sebagai pemimpin. Pemimpin tidak begitu saja menjadi sebuah simbol tetapi harus diatur atau dimanajemen. Pengaturan maksudnya adalah bagaimana kepemimpinan itu dapat direalisasikan dengan baik. Seorang guru juga dapat menjadi pemimpin yaitu memimpin siswanya ketika mengajar di kelas, memimpin siswa agar berperilaku baik dalam kesehariannya, dan lain-lain.
Pendidikan merupakan suatu kompleks dan dinamis. Kompleks karena melibatkan berbagai komponen dan dinamis karena pendidikan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman ke arah yang lebih baik. Pendidikan menjadi salah satu wahana untuk mengembangkan potensi diri. Adapun tempatnya yaitu di sekolah. Di sekolah diperlukan suatu pemimpin untuk mengatur lalu lintas jalannya proses belajar mengajar. Hal ini berhubungan dengan kepemimpinan. Ada berbagai sumber yang memberikan definisi tentang kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar. Selain itu ada definisi yang lain, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama.



B.     PEMBAHASAN
1.    Konsep Dasar Dalam Kepemimpinan
Menurut Atmosudirdjo, kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya. Dari beberapa definisi di atas, kepemimpinan pada intinya mengandung unsur kemampuan seseorang, mampu mempengaruhi orang, dan mencapai tujuan bersama.
Pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur anggotanya tetapi kekuasaan yang diberikan harus digunakan secara bertanggung jawab. Bertanggung jawab maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak otoriter, dan kekuasaan itu digunakan agar dapat mengatur orang dengan cara yang baik. Ciri-ciri pemimpin yang baik dapat dilihat dari intelektualnya, hubungan sosialnya dengan anggota, kemampuan emosional, keadaan fisik, imajinasi, kemampuan penalaran, kesabaran, dan kemauan bekerja keras. Semua itu menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan kepemimpinan. Adapun fungsi dari kepemimpinan pendidikan di sekolah adalah: [1]
·  Membantu guru-guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
·  Menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah.
·  Menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, dan nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Fungsi kepemimpinan pendidikan menurut Indra Fachrudi adalah pada dasarnya dapat dibagai menjadi dua yaitu: [2]
a)      Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai

  •  Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok
  • Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik
  • Pemimpin berfungsi menggunakan kesempatan dan minat khusus anggota kelompok.

b)      Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan

  •  Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok.
  • Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.
  • Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.


2.      Aspek Personalitas dalam Kepemimpinan
Aspek personalitas menjadi salah satu kepribadian dalam kepemimpinan. Personalitas dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik-karakteristik individu. aspek yang perlu dipehatikan dalam kemampuan kepemimpinan pendidikan yaitu kepribadian, tujuan organisasi, pengetahuan yang dimiliki pemimpin, dan ketrampilan profesional. Salah satu contoh pemimpin yang ada di sekolah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimipin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. [3]
Di dalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh maka harus berusaha agar nasehat, saran dan perintahnya agar diikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berpikir, sikap, tingkah laku yang dipimpinnya.
 Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan. Adapun sifat yang mendukung keberhasilan kepala sekolah dalam hubungannya dengan anggotanya adalah:[4]
1.      Ramah
2.      Responsif
3.      Periang
4.      Antusias
5.      Berani
6.      Mempunyai intelektual baik
7.      Percaya diri
8.      Mau menerima kritik dan saran dari orang-orang yang dipimpinnya
9.      Bebas dari rasa takut

3.      Cara Memanajemen Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah
Manajemen didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan tertentu melalui cara menggerakkan orang lain. Manajemen merupakan suatu proses dimana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan yang lainnya lalu diintegerasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.Manajemen dan kepemimpinan sebenarnya memiliki kajian yang berbeda. Tetapi keduanya memiliki hubungan yang dekat. Memimpin terkait dengan menggerakkan dan mengarahkan kegiatan orang, sedangkan “memanage” terkait dengan kegiatan mengatur orang. Mengatur bisa dimaknai secara luas, misalnya menempatkan, memberi tugas, membagi-bagi, mencarikan jalan keluar, memperlancar dan mengubah-ubah tugas yang diberikan. Mengelola pendidikan bukanlah hal hal yang mudah untuk dilakukan karena mengelola pendidikan sangat rumit. Di sekolah, diperlukan adanya manajemen yang efektif agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Dalam pelaksanaan manajemen diperlukan adanya teknik. Teknik-teknik manajemen kepemimpinan pendidikan di sekolah, yaitu:[5]
v  Teknik Manajemen Konvensional
Teknik manajemen konvensional banyak menekankan pada aspek mekanisasi dan dekat dengan hubungan kemanusiaan.
v  Management by personality
Teknik ini dilaksanakan dengan diwarnai oleh pengakuan akan kewibawaan seseorang mengelola organisasi
v  Management by reward
Teknik ini memunculkan dorongan kerja dengan motivasi ekstrinsik. Orang dianggap mau bekerja apabila diberi hadiah-hadiah atau pujian.
v  Teknik Manajemen Modern
Pada zaman sekarang, falsafah dasar demokrasi sudah berkembang dan kemudian muncul upaya baru dalam memanajemen proses pendidikan.
v  Management by delegation
Teknik ini dilaksanakan dengan memberikan kepercayaan dan pengakuan atas prestasi dan kemampuan anggota
v  Management by system
Teknik ini dilaksanakan dengan melihat komponen-komponen yang ada dalam organisasi pendidikan sebagai kesatuan yang utuh. Misalnya, sekolah.
Seorang pemimpin haruslah mempunyai pandangan yang tidak sempit. Sehingga dia akan menjadi figure yang sempurna dalam menjalankan kepemimpinannya. Beberapa pandangan yang harus dimiliki kepala sekolah antara lain:[6]
·         
 Seorang yang belajar seumur hidup
      Tidak hanya melalui pendikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
·         
 Membawa energi yang positif
       Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Dalam hal di sekolah, kepala sekolah lazim memberikan aura positif bagi lingkungan sekolah agar tercipta miliu yang mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar yang mendukung keberhasilan para siswa dalam belajar.

·         
 Percaya pada orang lain
      Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, dalam hal sekolah, kepala sekolah harus mempercayai para guru sehingga tidak terlalu mengekang guru yang akan memberikan materi kepada murid sehingga guru lebih bisa kreatif dalam mendidik dan mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
·         
 Keseimbangan dalam kehidupan
       Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
·        
 Melihat kehidupan sebagai tantangan
       Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Padahal arti tantangan sendiri adalah tanggung jawab. Dalam dunia sekolah kepala sekolah memepunyai tantangan yang bisa dibilang cukup berat, dimana kepala sekolah harus selalu memperhatikan perkembangan belajar siswa-siswa dan kinerja para guru disekolah. Baik buruknya kualitas sekolah, baik dari prestasi siswa ataupun profesionalitas guru, tergantung pada sikap kepala sekolah yang melihat tantangan atau tanggung jawab yang diembannya.
·          
Sinergi
        Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang kepala sekolah harus dapat bersinergis dengan setiap orang guru, staf sekolah, ataupun teman sekerja.


C.    KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela mau diajak untuk melaksanakan kehendaknya atau gagasannya. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan, dan menegakannya secara jelas dan nyata. Pemimpin menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar.
Aspek personalitas menjadi salah satu kepribadian dalam kepemimpinan. Personalitas dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik-karakteristik individu. Pada umumnya, para kepala sekolah yang sangat efektif dalam memelihara hubungan baik dalam organisasi adalah mereka yang memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Manajemen merupakan suatu proses dimana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan yang lainnya lalu diintegerasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. kunci keberhasilan suatu sekolah terletak pada efisiensi dan bagaimana kepala sekolah mengelola sekolahnya. Peran kepala sekolah merupakan peran yang menuntut persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Ada tiga hal agar manajemen kepemimpinan pendidikan berhasil yaitu adanya keahlian kepala sekolah, kemampuan hubungan dengan masyarakat, dan keahlian teknik.

D.    REFRENSI
Ibnu. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Online), (http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/10/manajemen-dan-kepemimpinan-pendidikan.html, diakses 25  Desember 2012.
Purwanto, Ngalim. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kusmintardjo dan Burhanuddin, H. 1996. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Steven, Brown, W. 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta: Profesional Books






[1]  Ngalim Purwanto,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990)  p. 25.
[2] Kusmintardjo dan Burhanuddin,  Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), p. 33

[3] Ngalim Purwanto,  Administrasi dan…………  p. 8
[4] Wahjosumidjo,   Kepemimpinan Kepala Sekolah.( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), p.  47.

[5] Ibnu,  Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Online), (http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/10/manajemen-dan-kepemimpinan-pendidikan.html, diakses 25 Des 2012
[6] W. Brown steven, Manajemen Kepemipinan, ( Jakarta: Profesional Books, 1998),  p. 93.

Continue reading →

Zero Mind Process

1 komentar

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menghadapi berbagai masalah yang sangat banyak dari segala aspek. Dan dalam keseharian kita mengenal yang namanya IQ (Intellegence Quotient) yang merupakan cara untuk membuat suatu penilaian kecerdasan seseorang dengan parameter verbal dan numerical yang dipercaya sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Kemudian teori itu kemudian tumbang dan dibantah dengan adanya penilaian EQ (Emotional Quotient) yang merupakan parameter emosional seseorang dalam penentuan kesuksesannya dihari mendatang.
Kedua segi diatas adalah suatu parameter yang dipercaya dan tidak menyinggung persoalan sisi religi dan spiritual sama sekali, yang tidak dapat ditinggalkan dalam semua segi keduniawian. Kalau IQ seseorang itu dari mulai dia kecil tidak dapat ditingkatkan, tetapi kalau EQ seseorang dapat dilatih dan ditingkatkan dengan cara-cara tertentu.
Sementara itu didalam tingkat permasalahan kehidupan yang semakin tinggi, beban hidup yang semakin berat, dan segala pendukung kehidupan yang semakin kompleks, maka sekarang orang baru mulai melirik sisi religi dan spiritual untuk mengisi kekosongan jiwa mereka karena permasalahan diatas. Maka dari itu kemudian kita mengenal adanya ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yang merupakan pelatihan untuk meningkatkan tingkat EQ seseorang dengan tidak meninggalkan sisi religi dan spiritualitasnya.
Dalam proses pelatihan peningkatan tingkat EQ yang berhubungan dengan sisi religi dan spiritualitas, maka proses terseebut disebut juga sebagai proses penjernihan emosi atau dalam istilah asing lebih dikenal sebagai Zero Mind Process (selanjutnya disingkat ZMP). Maka dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas beberapa penjelasan singkat langkah-langkah yang dapat dicapai untuk menuju proses penjernihan tersebut, yang juga dapat digunakan sebagai prinsip seorang pendidik dalam interaksinya terhadap peserta didik dan dalam proses belajar mengajar. Dan juga beberapa penjelasan tentang kegunaan suara hati atau kebersihan hati (yang merupakan hasil dari proses ZMP) dalam kaitannya proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas.
A.     Hakikat Zero Mind Process (ZMP)
Dalam proses penjernihan emosi (ZMP), yang pertama-tama harus dilakukan adalah mendahulukan pikiran obyektif yaitu dengan menjernihkan pikiran dari gangguan hama yang mempengaruhi penilaian secara subyektif. Dalam penilaian terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan suara hati yang terdalam sebagai sumber kebenaran, yang merupakan karunia Allah SWT.
Jikalau dalam proses ini berhasil dilakukan maka yang terjadi adalah pikiran-pikiran yang jernih dan bersih atau dapat disebut sebagai God Spot atau fitrah, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu.
Maka dari itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya. Hal-hal yang menutupi ini disebut sebagai belenggu. Zero Mind Proses (ZMP) adalah suatu upaya untuk mengenali dan menghapus apa yang menutupi potensi dalam God Spot. Belenggu-belenggu (ada 7 hal) tersebut akan diterangkan penulis pada bagian selanjutnya.
Bisa dikatakan langkah pengenalan hama atau belenggu dan pembersihan God-Spot itulah yang disebut Zero Mind Process atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci.
B.     Langkah-langkah dalam ZMP
Dalam ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yg lebih tinggi dapat dilatih dengan 7 (tujuh) langkah sebagai berikut : 
1. Hindari prasangka buruk, dan selalu mengupayakan berprasangka baik (positive thinking ).
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Pekerjaan yang didasari pada prasangka yang buruk akan berbuah kegagalan. Namun sebaliknya apabila dalam pekerjaan selalu didasari pada prasangka yang baik, maka akan berbuah keberhasilan yang baik pula.
Dalam hal prasangka, sesungguhnya dibagi menjadi prasangka positif dan negative (positive thinking dan negative thinking). Maka dalam prasangka yang pertama, positif, selain berbuah keberhasilan, juga berbuah saling percaya antara satu dengan yang lain, saling mendukung, adanya hubungan kooperatif, terbuka, dan dapat menghasilkan performa yang terbaik dalam hidupnya.
Lain halnya dengan negatif, adalah kebalikan dari positif. Yaitu akan terlahir sikap defensif tertutup antar sesama, kemudian cenderung menahan informasi, tidak mau bekerja sama dengan yang lain, juga tidak mampu bersinergi dengan orang lain, kinerja dalam kesehariannya akan turun yang mengakibatkan turunnya performa, bahkan akan tersingkir ditengah pergaulan sosialnya.
2. Tinggalkan prinsip hidup yang salah, berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Suci.
Dengan adanya prinsip hidup yang benar, akan mempengaruhi sikap seseoran terhadap orang lain pula. Prinsip yang tidak fitrah atau prinsip hidup yang salah akan berakibat terhadap kegagalan, lahiriah atau bathiniah.
Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadi dan kekal akan mampu membawa manusia kearah kebahagiaan hakiki yaitu berprinsip pada Allah SWT Yang maha Suci. 
3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang membelenggu pikiran dan selalu berpikirlah merdeka.
Dengan adanya pengalaman dalam kehidupan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang berakibat pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Maka pengalaman-pengalaman hidup sangat berperan dalam menciptakan pemikiran pemikiran seseorang, sehingga membentuk paradigma yang melekat didalam pikirannya yang mana paradigma tersebut dijadikan sebagai tolak ukur bagi dirinya, atau untuk menilai lingkungannya.
Hal ini jelas akan sangat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Ini akan membatasi cara berpikir seseorang yang menyebabkan ia akan melihat segala sesuatu dengan subyektif, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif. Oleh karena itu prinsip yang benar adalah dengan membebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berfikirlah merdeka.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." 
4. Dengarkan semua suara hati, berpikirlah melingkar (circular thinking) sebelum menentukan kepentingan dan prioritas, dan jadilah bijaksana.
Kepentingan lebih bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan untuk melaksanakan hal yang tepat, dan yang benar. Jika kepentingan umum yang lebih dikedepankan maka prinsip yang benar akan melahirkan juga prioritas apa yang akan didahulukan. Pada intinya prinsip akan melahirkan prioritas. Dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatuan tauhid atau prinsip keesaan.

5. Berpikirlah secara integrative dan holistik dengan melihat semua sudut pandang secara adil berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna.
Adalah berpikir secara prinsip keesaan dan secara satu kesatuan pikiran dan tindakan. Setelah itu agar dapat berprinsip dan mengingat sifat-sifat Allah pada Asmaul Husna. 
6. Periksa pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu. Jangan melihat segala sesuatu karena pikiran, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
Dalam sebuah penilaian terhadap sesuatu, kita sering dihadapkan pada masalah perbandingan yang sesuai dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya dan bayangan yang ada di alam pikirnya tersebut. Karena. Paradigma penilaian dalam pikiran kita begitu mudah berubah berdasarkan pada keteguhan pikiran. 
7. Ingatlah bahwa semua kebenaran bersumber dari Allah SWT, dan jangan terbelenggu.
Semua kebenaran pada akhirnya, kelak akan tiba di satu sumber, baik secara sadar atau tanpa disadari. Semua akan mengakui kebenaran Allah SWT dan Al-Qur'an serta ajaran Nabi Muhammad SAW pada akhirnya. Dan bahwa suara hati sebenarnya dorongan yang berasal dari sifat-sifat ke-Ilahian.
Ketujuh sifat diatas, diharapkan dimiliki oleh setiap individu dari kita, bahkan seorang gurupun harus memiliki sifat-sifat diatas guna menjadikan pedoman dan landasan dalam berpikir obyektif dan secara jernih dengan didahului oleh kemampuan mengenali factor-faktor yang mempengaruhinya. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengembalikan manusia pada fitrah hatinya atau "God Spot". Sehingga manusia- yang disini adalah guru, akan mampu melihat dengan "mata hati", mampu memilih dengan tepat, memprioritaskan dengan benar. Dari cara melihat yang obyektif ini maka keputusan yang diambil akan benar-benar dengan cara yang adil dan bijaksana sesuia denga fitrah dan suara hati. 
C.      Kebersihan Hati
Biarkan hati berbicara walau tanpa suara, karena sesungguhnya hati yang bersih akan berbicara kebenaran. Namun bila hati terkotori, tak ada bisikan kebenaran.
Bagi setiap insan, hati adalah pusat kontrol diri atau pimpinan bagi diri di dunia yang fana ini. karena itu, agar diri tetap berada pada jalan kebenaran dibutuhkan pimpinan yang baik.
Pimpinan yang baik akan membimbing kita pada jalan Allah dan rasul-Nya serta pimpinan yang buruk akan membawa kita pada keinginan nafsu semata.
Hati itu bagaikan cermin, jikalau bersih akan memantulkan kesempurnaan diri kita, tetapi jikalau kotor tiada muncul yang lain kecuali keburukan semata. Karenanya, hati harus senantiasa dibersihkan. Bersihnya hati akan senantiasa memantulkan cahaya kebenaran.
Ary Ginanjar dalam ESQ meyakini bahwa semua jawaban suara hati kita tentang nilai-nilai kebenaran sama persis dengan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an, yakni yang terkumpul dalam Asmaul Husna. Sifat-sifat Allah tersebut dapat dijadikan barometer untuk memastikan bahwa suara hati kita terbebas dari nafsu dan bisikan syetan. Dan barometer tersebut dapat digunakan oleh para guru saat mendengarkan suara hatinya.
Untuk dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara hati nurani. Bila hati sudah memiliki kekuatan dan cahaya, segala bisikannya adalah suara prinsip-prinsip kebenaran dan nilai-nilai Ilahiyah. Inilah yang akan membimbing kita dalam keputusan-keputusan yang kita buat serta menjadi sumber motivasi dan rujukan untuk bertindak dan beraktivitas dalam dunia kehidupan dan pengajaran. Suara ini akan mengarahkan kita pada pilihan-pilihan, baik secara pribadi, keluarga, dunia profesi, mitra kerja, dunia bisnis, aktivitas ritual, sosial, maupun untuk kesenangan.
Menemukan suara hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
Bila mendapatkan masalah segera kembalikan pada hati, biarkan semua hal terucapkan dalam hati, dengarlah yagn sesuai dengan sifat Asmaul Husna dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki.
Saat berdzikir dan beristigfar, maka akan muncul suara hati secara tiba-tiba, maka dengarkanlah.
Suara hati merupakan pusat bisikan kebenaran. Hati akan selalu cenderung pada perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Karena itu, bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti hati nuraninya akan melarang melakukan itu.
Bila hati sudah menjadi pusat dari prinsip dan nilai-nilai hakiki, akan muncul hal-hal sebagai berikut:
Tumbuh kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah
Kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah akan membawa guru pada sifat belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai anak. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku bagi kalian adalah bagaikan bapak terhadap anaknya (prinsip meyakini pembawa risalah kebenaran)". Prinsip keteladanan menjadikan proses mengajar bagian dari taqarrub kepada Allah. Juga tidak merasa berjasa pada peserta didik. Sekalipun jasa itu besar, memandang mereka juga memiliki jasa karena sudah mengondisikan hatinya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menanamkan ilmu kepadanya.
Kalau berbicara tentang suara hati, adalah bisikan yang datang dari hati nurani yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Energi spiritual adalah kekuatan atau dorongan yang datang dari hati sanubari yang sudah tersucikan dari nafsu dan amarah. Suara hati yang disertai energi spiritual ini melahirkan kepribadian ilahi.
Pemanfaatan panca-indera, otak kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional.
Pemanfaatan panca-indera, otka kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional memberikan tugas pada guru untuk tidak meninggalkan nasihat memacu prestasi peserta didik sesuai dengan kemampuan dan bakat, dan sebaliknya meninggalkan kesombongan karena merasa diri lebih unggul disbanding peserta didik lain. Guru tidak mencela sesame gur dan pelajaran berlainan karena semua ilmu bersumber dari satu sumber risalah.
Tercipta pengajaran sepenuh hati, yang bebas dari energi negative, nafsu, dan amarah.
Adapun terciptanya pengajaran sepenuh hati adalah upaya guru untuk memberikan pengajaran sesuai dengan proporsi kemampuan peserta didik, mengajar secara baik, dan menarik minat peserta didik.
Kesimpulan
Maka dari itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya.
Dalam ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yg lebih tinggi dapat dilatih dengan 7 (tujuh) langkah (yang telah diterangkan pada penjelasan sebelumnya). Dari proses tersebut diharapkan dapat dijadikan pedoman dan prinsip oleh setiap pendidik dalam proses belajar maupun pengajaran terhadap peserta didik.
Untuk dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita sebagai seorang guru harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara hati nurani.
Dari sinilah semua permasalahan seorang pendidik terhadap peserta didik maupun terhadap proses belajar mengajar, yang mana semua harus dikembalikan pada hati agar kita menjadi seorang pendidik yang benar-benar profesional dengan kekurangan yang kita miliki.
Demikianlah pembahasan dari penulis mengenai Zero Mind Process (ZMP) sebagai prinsip utama yang harus dimiliki setiap individu, terutama seorang pendidik, dengan kekurangan dan kelebihan dari penulis semoga pembahasan kali ini menjadi ishlah dan bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi teman-teman semua pada umumnya.



Referensi
Agustian, Ary Ginanjar. 2004. ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: Penerbit Arga.
Al Qur'an dan Terjemahan. Penerbit Departemen Agama Republik Indonesia.
Rahmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas. Bandung: Mizan Media
Ramly, Amir Tengku dan Erlin Trisyulianti. 2006. Pumping Teacher: memompa teknik pengajaran menjadi guru kaya. Tangerang: PT. AgroMedia Pustaka.
manusia yang didalam dirinya sudah tertanam ZMP, dia akan siap untuk menghadapi berbagai rintangan karena mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap suatu peluang serta bisa menerima pemikiran baru tanpa dipengaruhi dogma yang membelenggu. Beberapa cirinya adalah merdeka dalam berpikir, dan hasilnya akan tercipta pribadi-pribadi kreatif, berwawasan luas, terbuka atau fleksibel, mampu berpikir jernih.
Q.S Surat Al An'aam Ayat 116
Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual, (Jakarta: Penerbit Arga, 2004), hal.17
ibid. hal. 21
ibid. hal 24
Q.S. Surat Al Baqarah ayat 10.
Maksud dari berpikir melingkar adalah bahwa cara berpikir yang selalu dikaitkan dengan adanya sifat Allah Asmaul Husna (99 Thinking Hats) atau thawaf suara hati.
Ary Ginanjar Agustian, Op. Cit., hal.27
Ibid. Hal. 41
Ibid. Hal. 46
Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti, Pumping Teacher: memompa teknik pengajaran menjadi guru kaya. (Tangerang: PT. AgroMedia Pustaka, 2006), hal. 96.
Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti, Op. Cit., hal.100
Ibid. Hal. 99
Jalaluddin Rahmat, Belajar Cerdas, (Bandung: Mizan Media, 2005), hal .
Continue reading →

Labels